Info

Ganja untuk Obat Dilegalkan, Bolehkah Penderita Diabetes Memakainya?

Minat terhadap ganja medis makin tinggi.

Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ganja - (Unsplash/Wesley Gibbs)
Ganja - (Unsplash/Wesley Gibbs)

Himedik.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengesahkan obat baru untuk epilepsi yang terbuat dari CBD ganja, atau yang dikenal sebagai cannabidiol. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman ganja mungkin sudah dikonfirmasi kegunaannya dalam dunia kesehatan.

Saat ini pun semakin banyak negara yang melegalkan ganja untuk kepentingan medis. Pasien dari segala penyakit lantas mempertanyakan apakah mereka bisa menggunakan ganja sebagai pengobatan, tak terkecuali penderita diabetes. Sayangnya, para ahli sendiri tidak bisa memberikan jawaban yang pasti.

Orang dengan diabetes dapat mendiskusikan cara aman menggunakan 'ganja medis' dengan dokter. Namun, dikutip dari Fox News, Rabu (23/1/2019), penelitian tentang ganja medis untuk diabetes masih sedikit sekali dan terkadang menentang bahwa obat tersebut benar-benar menekan risiko diabetes.

Ilustrasi diabetes - (Pixabay/stevepb)
Ilustrasi diabetes - (Pixabay/stevepb)

Sebuah studi besar yang diterbitkan dalam The American Journal of Medicine menunjukkan manfaat positif ganja untuk penderita diabetes. Para peneliti menemukan bahwa pemakaian ganja berkaitan dengan tingkat insulin puasa yang lebih rendah dan ukuran pinggang yang lebih kecil.

Sebuah ulasan yang diterbitkan dalam Natural Medicine Journal juga menyoroti hasil positifnya. Dalam tinjauan itu disebutkan, sebuah penelitian di Israel yang mengungkapkan THC dosis rendah, jauh di bawah kemampuan psikoaktifnya, dapat melindungi tubuh terhadap kerusakan organ.

Namun, ada penelitian yang menunjukkan efek negatif juga. Salah satu penelitian yang diterbitkan oleh American Diabetes Association menunjukkan bahwa pengguna ganja cenderung mengonsumsi sekitar 20 persen lebih banyak makanan, makan makanan berkualitas rendah yang mengandung karbohidrat sederhana, memiliki tekanan darah lebih tinggi, dan memiliki persentase lemak viseral yang lebih tinggi. Seluruh hal ini dapat memperburuk risiko diabetes.

Secara resmi, National Institute on Drug Abuse menyatakan bahwa belum banyak penelitian dalam skala besar dilakukan untuk memberikan jawaban yang pasti tentang ganja medis. Maka dari itu, kasus ini menjadi bidang studi yang tidak boleh diabaikan oleh para peneliti.

Berita Terkait

Berita Terkini