Info

Apa Penyebab Long Covid-19? Pakar Kesehatan Menjelaskan Dua Teori Populer

Long Covid-19 merupakan serangkaian gejala yang dialami penyintas Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi gejala long Covid-19 (Shutterstock)
Ilustrasi gejala long Covid-19 (Shutterstock)

Himedik.com - Beberapa penyintas Covid-19, yakni dengan persentase 10 hingga 30 persen, masih menderita gejala persisten yang dikenal dengan Long Covid-19.

Gejala paling umum yang dialami penyintas Covid-19 adalah kelelahan, sesak napas, nyeri dada, jantung berdebar, sakit kepala, brain fog, nyeri otot, dan gangguan tidur.

Tetapi beberapa orang juga masih mengalami hilangnya kemampuan indera penciuman dan pengecapan, depresi, serta ketidakmampuan untuk bekerja dan berinteraksi dengan masyarakat, menurut Associate Professor dan Psikiater di Universitas Melbourne Alex Holmes.

"Terlepas dari gejala spesifiknya, banyak pasien kami khawatir akan infeksi dan kerusakan yang terus terjadi, bersama dengan ketakutan dan frustasi jika kondisi mereka tidak membaik," kata Holmes, dilansir Science Alert.

Sayangnya, penyebab dari Long Covid belum diketahui secara pasti. Sebab, kondisi ini juga dialami oleh penyintas yang dulunya sakit Covid-19 ringan.

Ilustrasi sesak napas. [Shutterstock]
Ilustrasi gejala long Covid sesak napas. [Shutterstock]

Namun, ada beberapa teori yang telah dikemukakan oleh peneliti dari seluruh dunia.

Salah satu gagasannya bahwa Long Covid merupakan dampak dari sistem kekebalan yang salah 'menyasar' sel dan masih bekerja memperbaiki kondisi tubuh setelah infeksi hilang.

Teori ini didukung dengan fakta beberapa penyintas mengaku gejala Long Covid mereka membaik setelah divaksin. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi long Covid berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh.

Jadi, ada kemungkinan vaksin Covid-19 membantu mengarahkan sistem kekebalan kembali ke 'jalurnya', dengan secara langsung mengaktifkan sel-sel kekebalan tertentu, misalnya sel T atau sel kekebalan bawaan yang memperbaiki 'salah sasaran' tersebut.

Sel T ini bertugas membantu merangsang produksi antibodi dan membunuh sel yang terinfeksi virus corona.

Teori lainnya, penyintas Covid-19 masih memiliki reservoir virus kecil dan persisten tersembunyi yang tidak dapat dideteksi oleh tes diagnostik, atau sisa fragmen virus kecil yang belum ditangani oleh tubuh.

Reservoir ini tidak menular, tetapi dapat secara konsisten mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. Vaksin Covid-19 mungkin membantu mengarahkan sistem kekebalan itu ke tempat yang tepat untuk membersihkan sisa virus.

"Atau mungkin long Covid adalah kombinasi keduanya, atau banyak faktor berbeda," sambung rekan penulis Louis Irving, Associate Professor Fisiologi di Universitas Melbourne.

Intinya, kata Louis, masih diperlukan penelitian lebih lanjut karena masih tahap awal meski pandemi virus corona sudah berjalan satu tahun lebih.

"Belum ada obatnya (untuk Long Covid) tetapi kami bisa membantu mengelola gejalanya dan kami mendorong semua orang untuk melakukan vaksinasi Covid-19," pungkasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini