Info

Otot Kuat Bantu Pemulihan Covid-19 Lebih Cepat, Ini Kata Studi

Menjaga massa otot ternyata tak hanya membuat keseimbangan tubuh lebih baik dan tidak rentan cedera, tapi juga membuat seseorang pulih dari Covid-19 lebih cepat.

Yasinta Rahmawati

Angkat beban.
Angkat beban.

Himedik.com - Menjaga massa otot adalah penting agar tubuh lebih bugar. Pada gilirannya, akan membantu melawan penyakit.

Menurut sebuah studi baru yang melibatkan 196 pasien, yang terbagi antara peserta pria dan wanita, menunjukkan bahwa mereka yang memiliki massa otot dan kekuatan otot lebih besar memiliki masa rawat inap terkait virus corona Covid-19 yang lebih pendek.

Dilansir dari Men's Health, penelitian tersebut diterbitkan dalam Journal of Cachexia, Sarcopenia and Muscle bulan ini.

Studi ini mengakui penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kekuatan genggaman tangan dan massa otot sering kali menjadi indikator kuat dari keparahan penyakit.

Selain itu, berapa lama seseorang akan tinggal di rumah sakit untuk penyakit lain juga bisa terlihat.

Ilustrasi binaragawati. (Shutterstock)
Ilustrasi binaragawati. (Shutterstock)

Di sini, para peneliti ingin mencatat perbedaan apa saja yang dapat terlihat antara massa otot dengan Covid-19.

Mengukur kekuatan genggaman tangan dan ukuran otot, khususnya otot vastus lateralis di paha, peneliti dapat mengkategorikan peserta penelitian menjadi segmen kekuatan dan ukuran yang lebih tinggi dan lebih rendah.

Usia rata-rata peserta adalah 59 dan rata-rata BMI 29,5. Dari 196 peserta, 176 selamat dari perawatan di rumah sakit.

Rata-rata lama rawat inap lebih pendek untuk orang terkuat (diukur dengan pegangan tangan), rata-rata 7,5 hari di rumah sakit dibandingkan dengan 9,2 hari untuk peserta yang kurang kuat.

Data juga menunjukkan hasil positif untuk mereka yang memiliki massa otot lebih besar. Rata-rata lama rawat inap untuk orang dengan massa otot terendah lebih lama (10,8 hari) dibandingkan mereka yang massa ototnya lebih tinggi (rata-rata 7,7 hari).

Selama ini, massa otot secara umum dipandang sebagai indikator kesehatan umum yang lebih besar dan kemungkinan merupakan indikator pemulihan dari penyakit kritis, mengutip penelitian lebih lanjut di American Journal of Clinical Nutrition.

Berita Terkait

Berita Terkini