Wanita

Studi: Ini Jangka Waktu yang Tepat untuk Seorang Ibu Hamil Lagi

Kehamilan yang terlalu dekat dapat membahayakan ibu maupun bayinya.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi ibu hamil. (pixabay)
Ilustrasi ibu hamil. (pixabay)

Himedik.com - Bagi wanita yang sudah menikah, hamil kemudian melahirkan seorang anak merupakan momen yang paling dinantikan. Namun, hasil studi yang dipublikasikan di JAMA Internal Medicine mengungkapkan bahwa seorang ibu sebaiknya tidak terlalu dekat dalam kehamilan.

Studi ini membuktikan bawah kehamilan yang terlalu dekat dapat membahayakan ibu maupun bayinya. ''Akibatnya bisa meningkatkan risiko pada ibu dan bayi ketika kehamilan berjarak dekat, termasuk untuk wanita berusia lebih dari 35 tahun,'' ungkap Laura Schummers, peneliti dalam studi ini, seperti dilansir IFL Science.

Dalam studi ini, peneliti menganalisis 150.000 catatan kesehatan ibu dan bayi di Kanada, mulai dari catatan kelahiran, kode tagihan, data rawat inap, informasi infertilitas, catatan sensus untuk menemukan hubungan antara kematian ibu dan morbiditas, komplikasi kehamilan, persalinan, hingga persalinan yang mengancam jiwa.

Hasilnya menunjukkan, seorang ibu setidaknya harus menunggu sekitar 18 bulan setelah melahirkan anak pertama. Kehamilan yang terjadi kurang dari 18 bulan setelah melahirkan dapat membahayakan. Terlebih pada kehamilan ibu yang berusia di atas 35 tahun, maka risikonya jauh lebih besar. 

Diketahui ibu berusia 35 tahun atau lebih yang hamil enam bulan setelah melahirkan meningkatan risiko sebesar 1,2 persen mengalami kematian atau morbiditas (terkena penyakit berat), dan enam persen melahirkan secara prematur. Sedangkan bagi ibu yang menunggu 18 bulan setelah kelahiran, risiko tersebut turun menjadi 0,5 persen dan tiga persen.

Adapun wanita berusia 20 sampai 34 yang hamil enam bulan setelah melahirkan memiliki risiko kelahiran prematur 8,5 persen. Sementara mereka yang menunggu untuk hamil 18 bulan setelah melahirkan, risiko kelahiran prematur menurun menjadi 3,7 persen.

Sementara itu, Dr Sonia Hernandez-Diaz, profesor epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health mengatakan bahwa jarak kehamilan yang dekat mungkin menunjukkan adanya kehamilan yang tidak direncanakan, terutama di kalangan wanita muda.

"Akibat kehamilan yang terlalu dekat itu risiko buruk meningkat, bisa jadi karena tubuh kita tidak memiliki waktu untuk pulih jika kita hamil segera setelah melahirkan, atau karena faktor yang terkait dengan kehamilan yang tidak direncanakan, seperti perawatan pranatal yang tidak memadai,” ungkap Hernandez-Diaz .

Oleh sebab itu, Hernandez-Diaz memberi dua rekomendasi, yakni dengan meningkatkan akses alat kontrasepsi pasca melahirkan, atau dengan tidak melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama beberapa bulan setelah melahirkan.

Berita Terkait

Berita Terkini