Info

Studi: Orang Bertubuh Tinggi Lebih Berisiko Terkena Kanker

Orang bertubuh tinggi memiliki jumlah sel yang lebih banyak di dalam tubuh mereka, inilah yang membuat mereka lebih berisiko terkena kanker.

Rauhanda Riyantama

Sultan Kösen dari Turki dinobatkan sebagai orang tertinggi di dunia, sedangkan Chandra Bahadur Dangi dari Nepal dinobatkan sebagai orang terpendek di dunia. (EPA/FACUNDO ARRIZABALAGA)
Sultan Kösen dari Turki dinobatkan sebagai orang tertinggi di dunia, sedangkan Chandra Bahadur Dangi dari Nepal dinobatkan sebagai orang terpendek di dunia. (EPA/FACUNDO ARRIZABALAGA)

Himedik.com - Baru-baru ini, sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B menyatakan bahwa orang yang bertubuh tinggi dari ukuran normal lebih berisiko terkena kanker.

Studi tersebut menemukan pada setiap kenaikan tinggi badan per 10 cm dari ukuran normal, maka orang tersebut memiliki kenaikan 10 persen potensi terserang kanker.

Leonard Nunney, seorang profesor biologi dari University of California Riverside yang sekaligus memimpin studi ini menyimpulkan orang bertubuh tinggi memiliki jumlah sel yang lebih banyak di dalam tubuh mereka, sehingga bisa menyebabkan terjadinya mutasi berbahaya. Inilah yang membuat mereka lebih berisiko terkena kanker.

Nunney menyebut hormon yang menstimulasi pertumbuhan badan atau disebut IGF-1 memiliki efek samping memicu kanker. Pasalnya, IGF-1 menyebabkan pembelahan sel ketika sedang tumbuh. Kondisi ini juga meningkatkan kemungkinan sel-sel tersebut berubah menjadi tumor.

Melansir dari The Guardian, hasil perhitungan para ilmuwan menemukan laki-laki dengan rerata tinggi badan 175 cm dan perempuan dengan tinggi sekitar 162 cm memiliki 23 persen risiko terserang kanker.

Dalam kasus ini, perempuanlah yang lebih berpotensi terkena kanker kulit, thyroid, lymphoma, mulut rahim, payudara, usus besar, dan kanker indung telur. Sedangkan laki-laki lebih berpotensi terkena kanker thyroid, kulit, lymphoma, ginjal, usus besar, saluran empedu, dan sistem saraf pusat.

Namun, orang bertubuh tinggi tidak membuat mereka berisiko terkena kanker esofagus, perut, dan mulut. Leonard Nunney menambahkan, ada kemungkinan level IGF-1 pada orang dewasa memiliki efek langsung pada risiko kanker melalui naiknya jumlah pembelahan sel.

Studi ini juga meneliti perempuan dengan tinggi badan sekitar 118 cm dan laki-laki dengan tinggi 124 cm. Mereka menemukan individu dengan tinggi badan seperti itu juga berisiko terkena kanker, namun 50 persen lebih rendah dibanding orang dengan tinggi badan di atas itu.

Para peneliti yang menganalisa data dari Korea, Norwegia, Swedia, dan Australia, mengatakan ada sejumlah kanker yang rupanya tidak terpengaruh dengan tinggi badan seseorang, yakni kanker paru-paru dan serviks. Kanker paru-paru lebih dipicu oleh naiknya kebiasaan merokok, sedangkan kanker serviks disebabkan sel bakteri helicobacter pylori.

Sementara itu, direktur Molecular and Clinical Sciences Research Institute di St George’s University of London, Dorothy Bennett, berpendapat bahwa tidak ada alasan kuat yang mendukung hubungan antara kanker dengan tinggi badan.

Oleh sebab itu, Bennet menyampaikan bahwa orang-orang tidak perlu khawatir atas bentuk tubuhnya. ''Peningkatan risiko sangat kecil dan banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko perkembangan kanker, seperti tidak merokok dan menjaga berat badan yang sehat," pungkasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini