Info

Gunung Anak Krakatau Meletus, Ini Cara Mengurangi Paparan Abu Vulkanik

Menghirup abu vulkanik dapat menjadi gangguan dan menyebabkan ketidaknyamanan pada kesehatan.

Yasinta Rahmawati

Erupsi gunung, hujan abu vulkanik. (Pixabay)
Erupsi gunung, hujan abu vulkanik. (Pixabay)

Himedik.com - Gunung Anak Krakatau erupsi pada Jumat (10/04/2020) sekitar pukul 21.58 WIB. Letusan Gunung Anak Krakatau yang berada di Selat Sunda tersebut membentuk kolom abu berketinggian mencapai 500 meter dari puncak gunung.

Durasi semburan abu Gunung Anak Krakatau terjadi selama 38,4 menit. Kolom abu juga teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dan condong mengarah ke arah utara.

Hingga kini status Gunung Anak Krakatau masih berstatus Level II atau waspada dengan konsekuensi. Warga pun tidak boleh mendekat dalam radius dua kilometer.

Saat terjadi erupsi gunung, orang disarankan untuk tetap berada di dalam rumah untuk membatasi paparan terhadap abu.

Sebab, menghirup abu vulkanik dapat menjadi gangguan dan menyebabkan ketidaknyamanan, dan mungkin memiliki efek kesehatan yang lebih serius bagi sebagian orang.

Erupsi gunung, hujan abu vulkanik. (Pixabay)
Erupsi gunung, hujan abu vulkanik. (Pixabay)

Untuk mengurangi paparan terhadap abu vulkanik, Jaringan Bahaya Kesehatan Vulkanik Internasional (IVHHN) dalam situs resminya memberi beberapa cara paling efektif. Antara lain:

1. Menjauhkan abu dari lingkungan tempat tinggal

  • Tutup pintu dan jendela jika memungkinkan
  • Jika memungkinkan, tutup celah dan ruang besar ke luar. Misalnya, Anda bisa menggunakan selotip dan plastik, atau handuk yang digulung.
  • Cobalah untuk mengatur titik masuk/keluar tunggal untuk gedung. Tinggalkan pakaian/sepatu yang kotor di luar.
  • Jangan menggunakan peralatan apa pun (misalnya AC) yang menyedot udara dari luar.
  • Jika lingkungan dalam ruangan kemasukan abu, cobalah untuk membersihkan abu dengan lembut (misal menggunakan kain lembap).
  • Jangan gunakan penyedot debu karena mereka bisa mengeluarkan abu halus yang kembali menyebar dalam ruangan.

 

Erupsi gunung, hujan abu vulkanik. (Pixabay)
Erupsi gunung, hujan abu vulkanik. (Pixabay)

2. Tinggal di dalam ruangan untuk waktu yang lama

  • Pastikan bahwa lingkungan dalam ruangan tidak menjadi terlalu panas. Jika terlalu panas, pertimbangkan evakuasi.
  • Jangan gunakan kompor masak dan pemanas, atau peralatan lain yang menghasilkan asap.
  • Jangan merokok maupun vaping.
  • Jangan gunakan pemanas gas yang tidak terbakar atau peralatan luar seperti pemanas teras gas atau barbecue, karena ada risiko keracunan karbon monoksida.
  • Di luar ruangan, begitu abu telah mengendap, penting untuk menghilangkannya melalui kegiatan pembersihan, menggunakan air untuk meredamnya terlebih dahulu. Anda harus mengenakan penutup wajah jika Anda membersihkan abu yang menempel.

 

Ilustrasi masker kain. [Shutterstock]
Ilustrasi masker kain. [Shutterstock]

Kapan saya harus menggunakan perlindungan pernapasan?

Saat ada abu vulkanik, masker dapat dikenakan ketika berada di luar ruangan. Sebab abu bisa saja masih melayang di udara (baik saat hujan abu atau sesudahnya, ketika itu dapat dirobohkan oleh angin, kendaraan dan aktivitas manusia).

Perlindungan pernafasan yang paling efektif untuk orang dewasa adalah mengenakan masker wajah yang pas dan bersertifikasi industri seperti masker N95. Namun jika tidak ada, masker bedah standar maupun masker kain dapat digunakan untuk pertolongan pertama.

Berita Terkait

Berita Terkini