Info

Bubuk Kedelai Tak Selamanya Baik Untuk Tubuh

Wajib baca bagi kamu yang sering mengonsumsi bubuk kedelai.

Rauhanda Riyantama | Yuliana Sere

Susu kedelai. (unsplash)
Susu kedelai. (unsplash)

Himedik.com - Kedelai telah dikenal sebagai salah satu penyumbang protein terbaik untuk tubuh. Bahkan sepertinya anggapan ini sudah mendarah daging dalam pikiran masyarakat.

Sayangnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) membantah pernyataan ini.

Dilansir dari dailymail, Food and Drug Administration (FDA) menyatakan tidak ada riset yang membuktikan bubuk protein baik untuk kesehatan, khususnya jantung.

Susan Mayne, Direktur FDA Bagian Keamanan Makanan dan Nutrisi Terapan, juga membenarkan pernyataan tersebut. Ia menjelaskan tidak ada riset yang membuktikan bubuk kedelai baik untuk jantung.

Selain itu, pernyataan bahwa bubuk kedelai juga bisa mengurangi kadar kolesterol dalam darah dibantah oleh FDA.

FDA menegaskan efek bubuk kedelai ini hanya berpengaruh terhadap jantung, selebihnya bubuk ini tetap dapat memberikan manfaat untuk tubuh.

Di samping itu, suplemen isoflavon menjadi salah satu alternatif untuk mengganti asupan protein yang hilang, misalnya ketika berolahraga.

Ketika berolahraga, tubuh membakar lemak dan karbohidrat dalam bentuk glukosa dan asam lemak. Tapi tubuh juga membakar asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otot.

Oleh karena itu, suplemen protein seperti smoothies, suplemen isoflavon dan snack bar dianggap sebagai cara untuk melengkapi nutrisi yang hilang.

Namun, banyak ahli gizi memperingatkan tidak semua orang membutuhkan bubuk kedelai.

Beberapa dari kamu bisa mendapatkan nutrisi dari kedelai dengan mengonsumsi pisang atau daging tanpa lemak.

Satu makalah penelitian yang diterbitkan oleh British Medical Journal menemukan terlalu banyak protein meningkatkan risiko penyakit jantung mereka. Penelitian saat itu melakukan riset terhadap 44 ribu wanita.

Penelitian lain telah menunjukkan jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan acid reflux atau asam lambung yang mengiritasi lapisan dalam saluran makanan bahkan meningkatkan risiko encok.

Berita Terkait

Berita Terkini