Info

Berkaca pada Jepang yang Tetap Jaga Budaya Meski Diterpa Bencana

Di tengah kondisi yang kacau balau, korban bencana di Jepang tetap bisa tenang, kuat, dan menjaga 'budaya' mereka.

Rauhanda Riyantama | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Bangunan rusak akibat gempa yang melanda Palu. (suara)
Bangunan rusak akibat gempa yang melanda Palu. (suara)

Himedik.com - Karakter penduduk antarnegara memang tidak bisa disamakan. Tapi sebagai negara yang sedang berkembang, nampaknya masyarakat Indonesia perlu banyak belajar dan berkaca pada negara-negara maju seperti Jepang, terutama dalam menghadapi suatu bencana.

Pasalnya Indonesia dan Jepang memiliki kesamaan yaitu berada di area rawan bencana, sehingga masyarakatnya harus selalu siap dengan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Dilansir dari CNN, Jepang pernah dilanda gempa dahsyat berkekuatan 9 SR pada tahun 2011 yang menghancurkan Tohoku dan mengakibatkan tsunami di Miyako dan Sendai.

Bisa dibayangkan kondisi di sana yang kurang lebih sama dengan keadaan di Palu yang dilanda gempa berkekuatan 7,7 SR dan tsunami. Tidak ada makanan, air, listrik padam, dan perasaan sedih terpisah dengan orang-orang yang dicintai.

Tetapi yang mengejutkan adalah di tengah kondisi yang kacau balau, korban bencana di Jepang tetap bisa tenang, kuat, dan menjaga 'budaya' mereka. Seperti tertib dalam mengantre dan menjaga lingkungan tetap bersih.

Budaya mengantre itu terlihat ketika korban mengambil jatah makanan harian yang disediakan oleh pemerintah. Sesuai aturan, korban hanya boleh mengambil sebanyak 10 jenis makanan atau minuman, tapi tak ada keluhan.

Ketika diwawancari, salah satu korban bernama Mitsugu Miyagi yang sedang mengantre bersama istri dan bayinya yang masih berusia enam tahun mengatakan bahwa tidak ada hal yang harus dikeluhkan, karena tidak ada yang bisa dilakukan.

Bahkan ketika datang bantuan dari relawan yang menyiapkan makanan di Hotel Monterey, Sendai, para korban yang lewat diberi jatah secangkir sup dan mereka yang sudah makan tidak kembali lagi mengantre untuk mendapat jatah sup yang kedua.

Hal serupa juga terjadi di tempat pengungsian yang berlokasi di Sekolah Dasar Shichigo, Sendai. Mereka tidur di ruang kelas dan mengatur sendiri tempat sehingga tidak ada keluarga yang memiliki ruang lebih besar.

Alas kaki tidak diperkenankan masuk ruangan untuk menjaga lingkungan tetap bersih, dan makanan di pengungsian juga dibagi sama rata. Jika ada kelebihan, mereka membaginya sama rata lagi ke semua pengungsi.

Banyak pemimpin dunia yang merasa terkesan dengan cara masyarakat Jepang dalam menghadapi bencana. Cara mereka saling membantu dan tetap bersama.

Hal senada diungkapkan oleh Jeffrey Kingston,"Perilaku masyarakat Jepang luar biasa tetapi tidak mengejutkan, karena sejak usia muda mereka diajarkan untuk menempatkan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu, dan hal itulah yang membuat Jepang tetap bersama."

Jadi, respons masyarakat tiap negara dalam menghadapi bencana sebenarnya memang tidak bisa dibandingkan apalagi disamakan. Hal ini tergantung dari budaya masing-masing negara yang diterapkan. Tapi yang jelas perilaku masyarakat Jepang di atas patut untuk ditiru.

Berita Terkait

Berita Terkini