Info

UGM: Kematian Petugas KPPS Tidak Pengaruhi Penghitungan Suara

Tim riset UGM memastikan tingginya angka kematian dan sakit petugas Pemilu 2019 bersih dari spekulasi politik.

Vika Widiastuti | Shevinna Putti Anggraeni

Kelelahan, stres berat dan depresi menjadi pemicu korban meninggal dan jatuh sakit (HiMedik/Shevinna Putti)
Kelelahan, stres berat dan depresi menjadi pemicu korban meninggal dan jatuh sakit (HiMedik/Shevinna Putti)

Himedik.com - Meninggalnya ratusan petugas Pemilu 2019 turut menjadi perhatian Universitas Gadjah Mada (UGM) yang akan membentuk tim kajian guna mencari tahu penyebab kejadian tersebut. Salah satu tujuannya guna memastikan kejadian ini bersih dari spekulasi politik.

Dr. Abdul Gaffar Karim, Koordinator Kajian Pemilu UGM mengatakan telah menggelar focus group discussion (FGD) di ruang sidang dekanat Fisipol UGM, Rabu (8/5) kemarin. FGD ini melibatkan perwakilan dari 3 disiplin ilmu, yakni Fakultas Psikologi, FISIPOL, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM.

Masing-masing perwakilan dari 3 disiplin ilmu itu pun sempat menyampaikan pandangannya tentang kasus kematian dan sakit petugas Pemilu 2019 serta tujuannya melakukan riset mendalam.

Dr. Erwan Agus Purwanto, Dekan FISIPOL UGM pun turut prihatin dan berbela sungkawa atas meninggalnya ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam Pemilu serentak 2019.

Ia merasa perlu mencari tahu penyebab utama meninggal dan sakitnya ratusan hingga ribuan petugas KPPS karena menunjukkan angka yang di luar perkiraan. Di sisi lain, seolah tidak mungkin jika penyebab kematian 440 petugas karena kelelahan.

UGM tanggapi kasus kematian dan sakit petugas pemilu 2019 (HiMedik.com/Shevinna Putti)
UGM tanggapi kasus kematian dan sakit petugas pemilu 2019 (HiMedik.com/Shevinna Putti)

Selain itu, Erwan Agus Purwanto juga tidak ingin kasus ini lantas dimanfaatkan untuk mendelegitimasi hasil Pemilu 2019 seperti yang ditudingkan dari berbagai pihak.

"Jangan sampai meninggalnya petugas pemilu digoreng oleh pihak-pihak tertentu lalu dijadikan alasan mendelegitimasi hasil pemilu ini. Hal ini yang mendorong kami untuk turun tangan memahami penyebab petugas meninggal dunia untuk kita sampaikan ke masyarakat," ujarnya dalam konferensi pers 'tanggapan UGM terhadap kejadian sakit dan meninggalnya petugas dalam Pemilu 2019' di Digilib Cafe Fisipol UGM, Kamis (9/5/2019).

Karena itu, Gaffar Karim ingin meneliti kasus kematian dan sakit petugas Pemilu 2019 dari berbagai disiplin ilmu guna mendapatkan faktor yang memicu tingginya angka kematian tidak hanya dari sisi politik.

Gaffar Karim pun memastikan tingginya angka kematian dan sakit petugas Pemilu 2019 ini tidak mengganggu proses penghitungan suara seperti yang dikhawatirkan masyarakat serta berbagai pihak belakangan ini.

"Kejadian sakit dan kematian petugas pemilu ini sama sekali tidak ada indikasi delegitimasi. Kalau pun ada masalah yang meninggal itu tidak mengganggu proses penghitungan suara. Karena penghitungan suara masih berjalan dengan baik," ujar Abdul Gaffar Karim.

Tim riset UGM pun telah menyelidikinya melalui sejumlah relawan yang diturunkan saat Pemilu 2019 dan melihat tingkat depresi para petugas KPPS akibat tudingan kecurangan. Tudingan itulah yang membuat mereka takut hingga stres berat.

"Kematian itu dianggap sengaja, upaya mengacaukan pemilu dan sebagainya. Relawan yang kami terjunkan ke lapangan sebagai saksi dan petugas itu memang melihat depresinya lebih tinggi di pemilu 2019 ini dibandingkan pilkada. Karena tudingan kecurangan yang mereka dapatkan, mereka takut dituding curang," jelasnya.

Bahkan ia menyebutkan ada seorang petugas KPPS seorang perempuan hamil yang mengalami keguguran akibat tekanan besar.

"Kejadian yang luput diketahui oleh publik bukan hanya sakit dan meninggal. Kami memperoleh 2 informasi bahwa ada perempuan hamil yang sedang bertugas mengalami keguguran karena tekanan yang luar biasa," tuturnya.

Gaffar Karim menduga tekanan besar itu datang dari para elit politik serta tudingan kecurangan dilontarkan oleh kedua kubu yang tergabung dalam tim sukses kedua pasangan Capres dan Cawapres 2019.

"Tudingan kecurangan dari berbagai pihak, terutama dari Pilpres. Terutama dari timses O1 dan 02 di lapangan sama-sama sering melontarkan itu. Kami belum bisa menyimpulkan itu tapi dugaan awal tekanan yang besar datang dari elit politik," tandasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini