Info

Risiko Infeksi Ulang pada Virus Omicron Meningkat hingga Tiga Kali Lipat

Ilmuwan menginformasikan bahwa omicron lebih mungkin membuat orang-orang mengalami infeksi ulang daripada strain-strain yang lain.

Rosiana Chozanah

Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)
Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)

Himedik.com - Para ilmuwan masih mencari tahu apa kelebihan dan kekurangan dari virus corona varian omicron. Meski belum banyak diketahui, mereka telah merilis beberapa informasi baru tentang strain yang terdeteksi di Afrika Selatan ini.

Ilmuwan menginformasikan bahwa omicron lebih mungkin membuat orang-orang mengalami infeksi ulang daripada strain-strain yang lain.

Menurut The Conversation, Infeksi ulang didefinisikan sebagai terinfeksi Covid-19 kembali setelah tiga bulan lebih sembuh dari penyakit tersebut.

"Kami menemukan bahwa risiko relatif infeksi ulang jauh lebih tinggi (setidaknya tiga kali lipat) pada varian omicron dibanding virus corona beta dan delta," tulis peneliti Cari van Schalkwyk dari Pusat Pemodelan & Analisis Epidemiologi Afrika Selatan (SACEMA).

Selain itu, varian omicron mengalami peningkatan kemampuan dalam menghindari antibodi yang terbentuk dari infeksi sebelumnya.

Covid-19 Bisa Menginfeksi Dua Kali. (Pixabay)
Covid-19 Bisa Menginfeksi Dua Kali. (Pixabay)

Menurut peneliti, temuan ini memiliki implikasi penting untuk perencanaan kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara seperti Afrika Selatan dengan tingkat kekebalan dari infeksi sebelumnya tinggi.

Namun, peneliti belum mengetahui tingkat keparahan kasus, baik dalam infeksi primer maupun reinfeksi. Mereka juga belum mengetahui apakah virus dapat menyebabkan infeksi ulang pada orang yang sudah divaksinasi Covid-19.

"Masalah besar lainnya yang belum terjawab adalah apakah perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian akan dipengaruhi oleh penurunan kekebalan terhadap infeksi ulang," imbuh Schalkwyk.

Beberapa studi dalam jurnal pracetak menunjukkan bahwa omicron dapat lolos dari sistem kekebalan pada orang yang sudah vaksin Covid-19.

"Temuan ini dapat membantu menjelaskan risiko besar infeksi ulang," tandas penulis.

Berita Terkait

Berita Terkini