Anak

Minuman Pemanis Bisa Picu ADHD pada Anak, Ini Sebabnya!

Penelitian baru memperingatkan minuman dengan pemanis bisa memicu ADHD pada anak-anak.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi anak-anak. (Pixabay/ID 5712495)
Ilustrasi anak-anak. (Pixabay/ID 5712495)

Himedik.com - Makanan dan minuman dengan pemanis, seperti minuman bersoda, biskuit, kue hingga es krim sangat buruk bagi anak-anak. Makanan pemanis itu bisa memicu ADHD pada anak-anak.

ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan seorang anak sulit memusatkan perhatian,  kondisi ini dapat bertahan sampai dewasa. 

Para ilmuwan telah menemukan hal yang bisa memicu perilaku manik seseorang, ini berkaitan dengan asupan gula harian.

"Kami menyajikan bukti bahwa fruktosa bisa menurunkan energi dalam sel, yang memicu respons mencari makan serupa dengan apa yang terjadi saat kelaparan," kata penulis utama Profesor Richard Johnson, dari University of Colorado dikutip dari Mirror UK.

Ilustrasi soda diet atau diet coke. (Unsplash/NeONBRAND)
Ilustrasi soda. (Unsplash/NeONBRAND)

Padahal aktivias berlebihan dari proses ini bisa menyebabkan ADHD hingga gangguan bipolar. Bahkan anak-anak bisa mengalami agresi.

"Sementara, jalur fruktosa dimaksudnya untuk membantu kelangsungan hidup. Asupan fruktosa yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir dan mungkin berlebihan karena tingginya jumlah gula dalam makanan sekarang," jelas Prof Johnson.

Sebenarnya, fruktosa biasa ditemukan dalam buah-buahan yang efeknya bisa dilawan secara alami. Tapi, fruktosa yang dimurnikan dan ditambahkan ke dalam produk pemanis bisa lebih buruk daripada glukosa.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklaim konsumsi makanan dalam jumlah kecil setiap hari akan baik-baik saja. Tapi, beberapa orang mungkin tidak memiliki kontrol dalam asupan makanan yang bisa meningkatkan kadar gula.

Para ahli mengatakan makanan manis yang harus dihindari adalah manisan, kue, biskuit, cokelat dan minuman bersoda. Karena, semua jenis makanan dan minuman itu mengandung banyak fruktosa.

"Gangguan perilaku adalah kondisi umum yang berhubungan dengan obesitas dan pola makan barat. Asupa fruktosa yang berlebihan dalam bentuk minuman bisa berkontribusi besar pada kondisi ini," jelas Prof Johnson.

Meski begitu, fruktosan sebagai faktor risiko kondisi-kondisi tersebut bukan berarti membuat kita mengesampingkan faktor genetik, keluarga, fisik, emosional dan lingkungan yang membantuk kesehatan mental seseorang.

Selain itu, penyebab gangguan kejiwaan juga masih menjadi misteri meski telah dilakukan penelitian sejak lama. Tapi, asupan fruktosa yang tinggi telah semakin meningkat 40 kali lipat sejak tahun 1700-an.

Lalu, salah satu konsekuensinya respons mencari makan ini memiliki kesamaan dengan gangguan perilaku tertentu, termasuk ADHD, bipolar dan perilaku agresif.

Penelitian sebelumnya juga telah menemukan tikus yang diberi asupan minuman fruktosa selama 2 bulan mengalami peningkatan berat badan.

Berita Terkait

Berita Terkini