Info

Heboh, Peneliti Temukan Jenis Depresi yang Tak Bisa Diobati

Baru-baru ini sebuah penelitian dari Jepang menunjukkan ada satu jenis depresi yang tak bisa diobati dengan SSRIs.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi depresi. (pixabay)
Ilustrasi depresi. (pixabay)

Himedik.com - Bagi para awam, depresi mungkin sering diartikan sebagai stres. Padahal keduanya memiliki arti yang berbeda, karena stres merupakan kondisi yang muncul akibat tekanan, seperti tekanan dalam pekerjaan.

Biasanya saat seseorang sedang merasakan stres, maka tubuh akan menghasilkan hormon seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin yang meningkatkan energi untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Bahkan, bila stres terlalu sering terjadi dapat berdampak balik menyerang tubuh dan menyebabkan timbulnya penyakit seperti diabetes, jantung, atau stroke. 

Sementara depresi adalah penyakit mental yang membuat suasana hati menjadi buruk dan kehilangan semangat. Dalam beberapa kasus, depresi membuat seseorang lebih mudah sedih, kehilangan motivasi, hingga mengganggu kehidupan sehari-hari. 

Penderita depresi biasanya akan diberikan obat yang disebut selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Namun, baru-baru ini sebuah penelitian dari Jepang menunjukkan ada satu jenis depresi yang tak bisa diobati dengan SSRIs.

"Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa ada beberapa macam depresi, dan mereka memengaruhi efektivitas obat. Tetapi belum ada konsensusnya," kata Profesor Kenji Doya, seperti dikutip dari IFL Science.

Berbekal dugaan ini, Doya dan rekan-rekannya dari Neural Computational Unit di Okinawa Institute of Science and Technology kemudian melakukan kompilasi terhadap data mengenai depresi sebanyak mungkin.

Mereka mengumpulkan jawaban kuesioner, informasi medis, dan hasil scan MRI fungsional 78 wilayah otak dari 67 pasien yang menderita depresi berat dan 67 subjek kontrol yang sehat. Hasilnya kemudian diolah dengan menggunakan alat statistika model baru yang mereka kembangkan.

Hasilnya, tiga jenis depresi mereka ditemukan. Ketiganya dibedakan melalui faktor sebagai berikut, apakah orang tersebut pernah mengalami trauma pada saat masih kecil; pola konektivitas fungsional antara gyrus sudut kanan; dan wilayah otak yang terlibat dalam proses visual, kognisi spasial, memori, perhatian, serta beberapa aspek kesadaran diri.

Pasien dengan fungsi gyrus sudut yang lebih tinggi dan pernah mengalami trauma di masa kecil mengidap jenis depresi yang tidak bisa diobati dengan SSRIs.

Dua jenis depresi lain, yakni depresi tanpa trauma masa kecil dan depresi tanpa peningkatan konektivitas pada gyrus kanan, merupakan depresi yang masih bisa diobati dengan SSRIs.

"Ini adalah riset pertama yang mengidentifikasi jenis-jenis depresi dari riwayat hidup dan data MRI," kata Doya. Ia berharap penemuan dalam riset ini bisa membantu pengobatan pada pasien yang menderita depresi.

Berita Terkait

Berita Terkini