"Sumpah serapah memicu produksi pereda rasa nyeri alami. Ketika adrenalin dilepaskan, jantung memompa lebih cepat dan kita menjadi lebih mampu untuk mengatasi agresor atau melarikan diri dengan cepat. Mengumpat juga membantu banyak orang lebih bisa mentolerir rasa sakit," imbuhnya.
Namun, Richard memperingatkan bahwa efeknya paling besar dialami mereka yang hanya sesekali sumpah serapah atau mengumpat, daripada mereka yang sering melakukannya.
Baca Juga
Begini Cara Artika Sari Devi Batasi Penggunaan Gadget untuk Buah Hatinya!
Dokter Ungkap 10 Tanda Gagal Ginjal yang Jarang Diketahui
Di Pameran Ini, Aneka Sayur dan Buah Lokal Hanya Rp10 Ribu, Datang Yuk!
2 Kesalahan Pola Asuh yang Kerap Dilakukan Orang Tua Zaman Now, Cek Yuk!
Preeklamsia, Kondisi yang Diduga Penyebab Kematian RA Kartini
"Jika ingin menggunakan efek pengurang rasa sakit ini untuk memperbaiki kondisi, maka mereka perlu melakukan umpatan, atau sumpah serapah, tapi dengan jumlah yang lebih sedikit, ingat ya sedikit!" seru Richards.
Menurut Richard, sumpah serapah adalah bahasa emosional, tetapi jika digunakan secara berlebihan, akan kehilangan ikatan emosionalnya.
Selain membantu mengatasi rasa sakit, Dr. Emma Byrne, seorang penulis mengatakan bahwa sumpah serapah dapat membantu membangun kedekatan antarrekan kerja dan meningkatkan produktivitas.
"Para ilmuwan telah menunjukkan bahwa tim yang saling mengumpat cenderung bekerja lebih efektif bersama, merasa lebih dekat, dan lebih produktif dibandingkan yang tidak," kata Emma.
Dia juga mengatakan bahwa sumpah serapah membuat jantung berdetak lebih cepat dan, yang menarik, membuat kita lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan kekerasan fisik.
"Mengumpat bahkan telah menjadi bagian dari cara kita mengekspresikan perasaan positif seperti dilakukan penggemar sepakbola yang mengumpat ketika mereka senang atau frustasi dengan tim kesayangannya," tandasnya.
Jadi, jelas ya maksudnya. Sumpah serapah kalau sesekali memang ada manfaatnya bagi kesehatan. (Suara.com/Firsta Nodia)