Pria

Waspada Paparan Polusi, Turunkan Kemampuan Otak Pria Terkait Bahasa

Waspada paparan polusi tingkatkan risiko masalah otak.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi polusi udara. (Pixabay)
Ilustrasi polusi udara. (Pixabay)

Himedik.com - Studi menunjukkan bahwa paparan polusi udara, bahkan hanya untuk beberapa minggu dapat mengganggu kemampuan pria lansia untuk berpikir dan berbicara dengan jelas.  Penelitian ini terbit pada jurnal Nature Aging.

Melansir dari Independent, para peneliti mempelajari hampir 1.000 pria kulit putih dari Greater Boston dengan usia rata-rata 69 tahun.

Para ilmuwan yang dipimpin Universitas Columbia menemukan bahwa kemampuan kognitif pria tersebut turun setelah lonjakan polusi udara dalam 28 hari sebelum pengujian.

Mereka yang terkena tingkat PM2.5, polusi partikel yang biasanya disebabkan oleh asap lalu lintas, pembakaran bahan bakar, dan kebakaran hutan yang lebih tinggicenderung tampil lebih buruk dalam tugas-tugas seperti kefasihan verbal, memori kata, dan mengingat angka.

Kondisi ini bahkan terlihat ketika tingkat polusi tetap di bawah ambang batas keamanan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 10 mikrogram per meter kubik.

Namun penelitian baru ini juga menemukan bahwa pria yang mengonsumsi aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid lainnya, yang dikenal sebagai NSAID, tampaknya tidak mengalami penurunan kognitif yang sama akibat paparan polusi udara.

Ilustrasi polusi udara. (Pixabay)
Ilustrasi polusi udara. (Pixabay)

Para peneliti menyarankan NSAID, terutama aspirin dapat memoderasi peradangan saraf  atau perubahan aliran darah ke otak yang dipicu oleh menghirup polusi.

“Terlepas dari peraturan tentang emisi, lonjakan polusi udara jangka pendek tetap sering terjadi dan berpotensi mengganggu kesehatan, termasuk pada tingkat di bawah yang biasanya dianggap berbahaya,” kata penulis senior Dr Andrea Baccarelli, ketua Departemen Ilmu Kesehatan Lingkungan Columbia.

"Konsumsi aspirin atau obat anti-inflamasi lainnya tampaknya mengurangi efek ini, meskipun perubahan kebijakan untuk lebih membatasi polusi udara masih diperlukan," imbuhnya.

Berita Terkait

Berita Terkini