Himedik.com - Sama halnya pada pria, merokok juga buruk bagi reproduksi perempuan. Beberapa masalah yang bisa muncul bisa berupa gejala pramenstruasi hingga kehamilan.
Melansir dari Healthshots, merokok memengaruhi gejala pramenstruasi pada perempuam. Penelitian telah menunjukkan ada peningkatan 50 persen gejala pramenstruasi yang parah seperti kram. Mereka yang merokok mengalami masalah pramenstruasi yang berlangsung dua hari atau lebih dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.
Baca Juga
Penelitian: Antibodi Covid-19 Usai Infeksi Bisa Bertahan Hingga 6 Bulan
Konsumsi Sayur Dulu Atau Daging, Mana yang Lebih Menyehatkan?
Studi: Ketimbang Orang Dewasa, Antibodi Anak Usai Kena Covid-19 Lebih Kuat
Deteksi Komplikasi Diabetes Tipe 2, Cek Telapak Tangan!
Anda Sering Tidur Ngiler? ini Bisa Jadi Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Tim Mitigasi PB IDI: 545 Dokter Meninggal akibat Covid-19
Pada rokok, ada lebih dari 7.000 bahan kimia yang dihirup selama merokok. Beberapa di antaranya berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi perempuan.
Kandungan butadiena dan benzena dapat mengurangi kesuburan pada perempuan. Bahan kimia ini mengurangi kemungkinan ovulasi dan mengurangi mobilitas sel telur yang berjalan melalui tuba falopi ke dalam rahim. Kondisi ini menghasilkan kehamilan ektopik (janin berkembang di luar rahim).
Kehamilan ektopik selalu berakibat fatal bagi janin dan dapat mengancam nyawa ibu. Perempuan yang merokok juga lebih berisiko mengalami kegugura.
Tak hanya reproduksi, merokok bagi perempyan juga berisiko pada keturunannya. Jika ibu merokok, risiko bayi lahir dengan berat badan rendah lebih tinggi. Ada juga risiko paru-paru yang gagal berkembang dengan baik selama periode perkembangan janin.
Ada juga kemungkinan cacat lahir yaitu, seperto bibir sumbing dan langit-langit mulut sumbing.
Selain itu, ASI dapat mengandung nikotin dan ada kemungkinan sindrom kematian bayi mendadak yang lebih tinggi pada bayi yang ibunya merokok.