Himedik.com - Para ilmuwan meragukan penelitian yang ditugaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal pemotongan jarak fisik dalam menekan penyebaran virus corona Covid-19.
Dilansir dari The Guardian, studi tersebut menyatakan penelitian WHO soal pengurangan jarak fisik dari 2 meter jadi 1 meter tidak boleh menjadi acuan.
Baca Juga
Kaya Serat, 5 Makanan Ini Baik untuk Kesehatan Jantung
36 Kegiatan yang Bisa Tingkatkan Risiko Penularan Covid-19, Apa Saja?
Penyakit Prosopagnosia, Ketika Seseorang Kesulitan Membedakan Wajah
Menghindari Perut Buncit? Intip Cara Sederhana Hilangkan Lemak Perut Ini
Pasien Covid-19 dengan Kadar Enzim Rendah Lebih Berisiko Meninggal, Kenapa?
Warna Urine Bisa Deteksi Infeksi Virus Corona Covid-19, Ini Penjelasannya!
Kritik terhadap saran jarak itu menyatakan bahwa orang harus menjaga jarak setidaknya 2 meter. Mereka mengkritik penelitian yang ditugaskan oleh WHO di mana menyarankan pengurangan jarak fisik dari 2 meter menjadi 1 meter.
Pelonggaran jarak fisik itu mengklaim hanya akan meningkatkan risiko kecil infeksi, dari 1,3 persen menjadi 2,6 persen.
Tetapi para ilmuwan yang menyelidiki pekerjaan tersebut menemukan kesalahan yang mereka yakini melemahkan temuan sampai dianggap tidak dapat diandalkan.
"Analisis risiko infeksi pada 1 meter versus 2 meter harus ditangani dengan sangat hati-hati," kata Prof David Spiegelhalter, ahli statistik di Universitas Cambridge yang telah berpartisipasi dalam Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Keadaan Darurat pemerintah.
"Aku sangat curiga," tambahnya.
Prof Kevin McConway, ahli statistik terapan di Universitas Terbuka, melangkah lebih jauh dan menyebut analisis WHO tidak tepat.
"Pekerjaan itu tidak boleh digunakan dalam argumen tentang seberapa besar risiko infeksi pada jarak minimum 1 meter dibandingkan dengan 2 meter," kata McConway.
Studi pelonggaran jarak fisik itu dipublikasikan di Lancet yang kemudian mendapat kecaman dari para ahli.
Para ilmuwan mengkhawatirkan, bahwa beberapa karya ilmiah di tengah pandemi ditinjau dan diterbitkan terlalu cepat. Awal Juni, Lancet dan New England Journal of Medicine, dipaksa untuk menarik kembali studi virus corona setelah kelemahan di penelitian muncul.
Dipimpin oleh para peneliti di McMaster University di Ontario, laporan mengumpulkan data dari studi yang diterbitkan sebelumnya untuk memperkirakan risiko terinfeksi virus corona pada jarak yang berbeda.
Studi ini juga mempertimbangkan bagaimana masker dan pelindung mata dapat membantu mencegah penyebaran penyakit.
Tetapi dalam analisis penulis menganggap dampak proporsional pada risiko memotong jarak fisik dari 2 meter ke 1 meter.
"Mereka memaksakan," kata Spiegelhalter kepada The Guardian.