Info

Psikolog Sebut Orang yang Tidak Percaya Adanya Virus Corona Itu Denial

Menurut psikolog, ini adalah sebuah pertahanan diri.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)

Himedik.com - Informasi dan panduan yang semakin bertambah mengenai Covid-19 membuat beberapa orang merasa sangsi dengan mana yang benar dan tidak.

Pada akhirnya mereka memilih untuk tidak menerima fakta adanya pandemi virus corona.

Penyangkalan ini terwujud dalam banyak hal, seperti menolak memakai masker hingga tetap mengadakan atau menghadiri sebuah acara besar yang sulit melakukan jarak sosial.

Psikolog klinis Eve Whitmore yang bekerja di Stow, Ohio, mengatakan bahwa ini adalah perilaku denial.

"Denial adalah konstruksi yang digunakan dalam psikologi untuk menggambarkan bagaimana orang menghadapi konstruksi realitas," tuturnya, dilansir CNN.

Ia menambahkan, para psikolog menyebut denial sebagai mekanisme pertahanan diri.

Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]
Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]

Sedangkan Mark Whitmore yang juga merupakan psikolog perkembangan dan profesor di College of Business Administration, Kent State University di Kent, Ohio, mengatakan perilaku ketidakpercayaan ini sebagai bentuk penolakan sebagai bentuk membela diri dari kecemasan.

"Ketika mereka berada dalam periode di mana ada banyak kecemasan dan itu dianggap sebagai ancaman, maka orang membangun strategi untuk melindungi diri, rasa aman dan keselamatan mereka," jelas Mark.

Menurutnya, salah satu caranya adalah menyangkal apapun sumber ancaman tersebut.

Dalam kasus ini, orang-orang membuat diri mereka menyangkal adalah wabah virus corona.

Mereka mengatakan bahwa ini berhubungan dengan cara orang-orang bereaksi terhadap situasi.

Beberapa orang menghadapi situasi dengan stres dan kecemasan, sedangkan yang lainnya melakukan itu secara lebih berpikir positif dengan memikirkan bagaimana cara mereka menghadapinya.

Baik Eve maupun Mark, mengatakan bahwa perilaku ini tidak akan membantu orang-orang tersebut untuk beradaptasi dengan sumber ancaman.

"Ini sebenarnya dapat membuat mereka memiliki peluang lebih besar dari apapun yang mengancam itu. Dalam kasus pandemi, Anda bisa jatuh sakit," tambah mereka.

Sebab, kata mereka, orang-orang ini tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri.

Berita Terkait

Berita Terkini