Himedik.com - Sebuah studi menunjukkan bahwa pasien Covid-19 bisa mengalami komplikasi neurologi, risikonya meningkat jika mengalami hipertensi dan diabetes. Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Pennsylvania.
Melansir dari Medicinenet, penelitian ini mempelajari pasien Covid-19 yang menjalani CT scan kepala atau MRI dalam sistem kesehatan mereka antara Januari hingga April 2020. Secara keseluruhan, 81 dari 1.357 pasien Covid-19 menjalani pemindaian otak.
Baca Juga
Cek, 5 Kebiasaan Buruk di Kamar Mandi yang Ganggu Kesehatan Vagina
Studi: Kebanyakan Makan Junk Food Bisa Picu Gangguan Tidur Remaja
Alami Hilangnya Indra Penciuman dan Rasa, Cobalah Pakai 5 Makanan Ini!
Marah-Marah Bisa Berdampak pada Kesehatan, Simak 5 Efeknya
Perlu Diwaspadai, Ini 5 Kebiasaan yang Tingkatkan Tekanan Darah
Ahli Menduga Mutasi Virus Corona Baru dari Inggris Sudah Masuk Amerika
Kondisi ini biasanya terjadi dengan perubahan masalah mental, bicara, dan penglihatan.
"Efek Covid-19 melampaui masalah dada," kata pemimpin penulis studi Dr. Colbey Freeman yang juga kepala residen di departemen radiologi di Penn Medicine.
"Meskipun komplikasi di otak jarang terjadi, komplikasi tersebut semakin dilaporkan dan berpotensi merusak akibat infeksi COVID-19," kata Freeman.
Dari 81 pasien, 18 atau lebih dari 20 persen memiliki masalah otak kritis atau darurat. Dari pasien dengan masalah otak, setidaknya setengahnya memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau diabetes tipe 2.
"Covid-19 dikaitkan dengan manifestasi neurologis, sementara hipertensi serta diabetes mellitus tipe 2 umum terjadi pada individu yang mengembangkan manifestasi ini," kata Freeman dalam rilis berita dari Radiological Society of North America (RSNA).
"Populasi ini mungkin berisiko lebih tinggi untuk komplikasi neurologis dan harus dipantau secara ketat," imbuhnya.
Ada kemungkinan bahwa peradangan adalah alasan untuk efek neurologis pada pasien darah tinggi dan diabetes.
"Ketika tubuh Anda dalam keadaan peradangan, ia menghasilkan semua molekul yang disebut sitokin untuk membantu merekrut sistem kekebalan untuk menjalankan fungsinya," jelas Freeman.
"Sayangnya, jika sitokin diproduksi secara berlebihan, respons imun sebenarnya mulai merusak sel," imbuhnya.