Info

Dokter Bisa Deteksi Long Covid-19 dari Kerusakan Saraf Kornea Mata Pasien

Tes mata bisa membantu dokter mendeteksi pasien yang mengalami Long Covid-19 dan tidak.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi mata (pixabay/PublicDomainPictures)
Ilustrasi mata (pixabay/PublicDomainPictures)

Himedik.com - Penelitian baru menemukan pasien yang menderita Long Covid-19 dan tidak bisa dideteksi melalui mata. Karena, tidak ada tes khusus untuk mendeteksi hal tersebut.

Tapi, pemeriksaan mata bisa menjadi metode baru yang berfungsi untuk menemukan pasien dengan Long Covid-19 dan tidak. Karena, dokter bisa melihat tanda-tandanya yang tersembunyi pada mata pasien.

Para peneliti yang dipimpin oleh Gulfidan Bitirgen dari Necmettin Erbakan University di Turki ini mengamati kerusakan saraf di kornea, kubah bening di bagian depan mata yang melindungi pupil dan iris.

Sebelumnya, perubahan pada kornea mata juga biasa terjadi pada beberapa benyak lain, seperti diabetes, multiple sclerosis dan fibromyalgia. Kerusakan saraf di kornea dapat dideteksi dengan teknik laser non-invasif yang disebut kornea confocal microscopy (CCM).

Para peneliti menggunakan CCM untuk melihat kornea 40 orang yang positif Covid-19 dan 30 orang sehat yang tidak terinfeksi virus corona Covid-19.

Ilustrasi virus corona Covid-19 (Pixabay/mohamed_hassan)
Ilustrasi virus corona Covid-19 (Pixabay/mohamed_hassan)

Para penyintas virus corona Covid-19 pun ditanya tentang gejalanya yang masih bertahan setelah sembuh untuk mengukur tingkat keparahan Long Covid-19 yang dialaminya.

Studi tersebut mengklaim bahwa pasien yang melaporkan gejala virus corona Covid-19 persisten memiliki tingkat kerusakan dan kehilangan serat saraf kornea yang lebih tinggi.

Pasien-pasien ini juga mengalami peningkatan sel dendritik (DC), sejenis sel sistem kekebalan. Menurut Prof Bitirgen, studi ini adalah yang pertama kalinya melaporkan hilangnya saraf kornea dan peningkatan kepadatan DC pada pasien dengan Long Covid-19.

"Temuan ini konsisten dengan proses imun dan inflamasi bawaan yang ditandai dengan migrasi dan akumulasi DC di kornea sentral. Mikroskopi confocal kornea mungkin memiliki fungsi klinis sebagai tes oftalmik objektif cepat untuk mendeteksi pasien Long Covid-19," kata Prof Bitirgen dikutip dari The Sun.

Para peneliti mengatakan, ada sejumlah penelitian yang menyebutkan virus corona Covid-19 bisa merusak atau penyakit saraf yang disebut neuropati perifer.

Sistem saraf tepi adalah jaringan saraf yang terletak di luar sistem saraf pusat, yakni otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan, diabetes adalah penyebab paling umum dari neuropati perifer, karena seiring waktu kadar gula darah yang tinggi menyebabkan saraf memburuk.

Di samping sejumlah masalah seperti mati rasa di kaki, kram otot, dan keringat berlebih, neuropati perifer dapat menyebabkan penglihatan ganda atau masalah lain pada mata.

Jika pasien mengeluhkan gejala virus corona terus-menerus setelah pulih, seperti kelelahan atau sakit kepala. Biasanya, dokter akan melakukan tes darah, memeriksa tekanan darah dan detak jantung atau rontgen dada guna mendeteksi Long Covid-19.

Berita Terkait

Berita Terkini