Info

Kekerasan Emosional Dapat Menyebabkan Depresi dan Rendahnya Harga Diri

Hubungan apa saja dapat menimbulkan kekerasan emosional, termasuk dengan pasangan, anggota keluarga, teman, atau rekan kerja.

Rosiana Chozanah

Ilustrasi kekerasan emosional - (Shutterstock)
Ilustrasi kekerasan emosional - (Shutterstock)

Himedik.com - Kekerasan emosional tidak selalu mudah dikenali, tetapi sama berbahayanya dengan kekerasan fisik. Kondisi ini juga dapat memengaruhi kesehatan mental, dan dapat menyebabkan depresi atau rendahnya harga diri.

Hubungan apa pun dapat menimbulkan kekerasan emosional, termasuk dengan pasangan, anggota keluarga, teman, atau rekan kerja.

Berdasarkan Insider, berikut 5 tanda kekerasan emosional yang jarang disadari:

1. Gashlighting

"Gashlighting adalah taktik umum dalam hubungan yang kekerasan secara emosional," jelas terapis pernikahan Payal Patel.

Orang yang melakukan gashlighting umumnya akan menyangkal perbuatannya sehingga membuat korban meragukan diri mereka sendiri dan mempertanyakan persepsi mereka sendiri tentang realitas.

2. Mengisolasimu dari orang-orang terkasih

Terapis berlisensi JaQuinda Jackson mengatakan bahwa pelaku kekerasan emosional sering mengisolasi korbannya untuk lebih mudah mengontrol sang korban.

Pelaku mungkin melakukan perilaku ini dengan membatasi kontak korban dengan orang-orang tercinta.

Ilustrasi korban kekerasan seksual (pexels)
Ilustrasi korban kekerasan emosional (pexels)

3. Menggunakan bahasa yang menghina

Pelaku yang melakukan kekerasan emosional biasa menggunakan bahasa-bahasa yang menghina untuk menyerang harga diri korban. Penghinaan sering menargetkan kompetensi, daya tarik, atau nilai pribadi.

4. Membentak

"Berteriak sebenarnya bisa menjadi salah satu tanda pertama kekerasan emosional," kata Patel.

Dimarahi oleh pasangan, orang tua, atau bos bisa menjadi indikator hubungan yang kasar, terutama jika bentakannya sangat keras, agresif, atau orang tersebut berada di dekat wajah.

5. Tidak mengakui kesalahan

Pelaku sering kali menghindari tanggung jawab dan menyalahkan orang lain atas perilaku kasar mereka . Dalam banyak kasus, kesalahan jatuh pada korban.

Misalnya, pasangan atau siapa pun yang kasar mungkin meyakinkan bahwa kekerasan tersebut merupakan kesalahan korban.

Berita Terkait

Berita Terkini