Info

Nyamuk yang Terinfeksi Virus Dengue akan Lebih Banyak Menggigit, Kenapa?

Nyamuk yang terinfeksi virus Dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD), penyakit yang menyebabkan gejala demam tinggi serta flu.

Rosiana Chozanah

Ilustrasi nyamuk demam berdarah - (Pixabay/FotoshopTofs)
Ilustrasi nyamuk demam berdarah - (Pixabay/FotoshopTofs)

Himedik.com - Sebuah video dengan resolusi tinggi mengungkapkan bahwa nyamuk yang terinfeksi virus Dengue lebih tertarik pada mamalia dan lebih sering menggigit. Hal ini melipatgandakan peluang penularan penyakit.

Nyamuk yang terinfeksi virus Dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD), penyakit yang menyebabkan gejala demam tinggi serta flu.

Perilaku makan darah merupakan penentu utama bagaimana nyamuk menyebarkan virus dengue dalam sebuah komunitas, lapor Medical Xpress.

Dalam studi ini, peneliti menerapkan pendekatan multidisiplin yang menggunakan video resolusi tinggi untuk mengamati perilaku nyamuk terinfeksi virus dengue dan yang tidak terinfeksi dalam mengisap darah.

Ilustrasi nyamuk. (Pixabay/Skeeze)
Ilustrasi nyamuk. (Pixabay/Skeeze)

"Kami menemukan virus dengue meningkatkan daya tarik nyamuk ke inang mamalia dan jumlah gigitan nyamuk. Ketertarikan tinggi pada inang mamalia meningkatkan kemungkinan nyamuk untuk menggigit," jelas penulis senior Associate Professor Ashley St. John, dari Program Emerging Infectious Diseases (EID) Duke NUS.

Namun, peneliti menemukan, nyamuk yang terinfeksi kurang mampu menemukan pembuluh darah ketika menggigit mamalia. Sebagai gantinya, nyamuk harus menggigit lagi dan lagi sampai berhasil.

Dalam setiap gigitan nyamuk yang terinfeksi, mereka melepaskan air liur yang telah mengandung virus ke dalam kulit inang.

"Ini memberi pencerahan baru tentang cara virus 'membajak' vektornya untuk ditularkan," imbuh koresponden studi Julien Pompon, Ilmuwan dan Pemimpin Kelompok di IRD.

Selajutnya, tim peneliti ingin memahami mekanisme molekuler di balik perubahan perilaku nyamuk ini. Jika peneliti berhasil mengidentifikasi gen atau protein yang bertanggung jawab atas perubahan tersebut, para ilmuwan mungkin dapat merancang bahan kimia untuk mengubahnya.

Berita Terkait

Berita Terkini