Info

Pengobatan Ini Dinilai Efektif Mengatasi Kecanduan Video Game dan Internet

Metode pengobatan kecanduan video game atau internet menggunakan pendekatan terapi perilaku kognitif (CBT).

Rosiana Chozanah

Arcade controller untuk video game - (Pixabay/monikabaechler)
Arcade controller untuk video game - (Pixabay/monikabaechler)

Himedik.com - Klasifikasi Penyakit Internasional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui kecanduan video game atau internet yang memiliki dampak tidak sehat.

Menurut peneliti, kecanduan tersebut dapat dialami remaja yang berisiko. Terlebih dengan pandemi virus corona yang semakin memperburuk situasi.

Sebuah studi baru menawarkan metode pengobatan kecanduan video game atau internet menggunakan pendekatan terapi perilaku kognitif (CBT).

Metode pengobatan ini disebut Penggunaan Media Teknis Profesional atau Professional Use of Technical Media (PROTECT).

Menurut laporan Science Alert, cara ini menunjukkan pengurangan keparahan gejala kecanduan video game dan internet.

Ilustrasi sepasang anak main video game. [Shutterstock]
Ilustrasi sepasang anak main video game. [Shutterstock]

Studi ini melibatkan 422 siswa SMA dari 33 sekolah, berusia antara 12 hingga 18 tahun. Dari jumlah tersebut, 167 terdaftar dalam pengobatan PROTECT, sementara 255 digunakan sebagai kelompok kontrol.

Seperti teknik CBT lainnya, teknik ini mencoba mengubah pola pikir negatif untuk mengubah perilaku.

Setelah satu tahun, peneliti menemukan bahwa tingkat keparahan gejala kecanduan video game dan internet turun 39,8% pada kelompok PROTECT. Sementara kelompok kontrol hanya turun 27,7%.

"Hasil uji coba ini menunjukkan bahwa intervensi PROTECT efektif mengurangi gejala gangguan gim dan gangguan penggunaan internet," jelas peneliti.

Para peneliti berpikir bahwa apa yang terjadi di otak saat kecanduan video game dan internet sama halnya dengan kecanduan obat-obatan atau alkohol.

Mereka memperkirakan 46% orang mengalami kecanduan video game, sementara prevalensi gangguan penggunaan internet sekitar 6%.

Menurut para ahli jumlah tersebut termasuk serius, terutama karena dampak pandemi ke seluruh dunia.

Peneliti menyarankan untuk mencegah perilaku adiktif sedini mungkin sebelum gejalanya bermanifestasi.

Berita Terkait

Berita Terkini