Pria

Studi: Pelukis Leonardo da Vinci Diduga Mengidap Juling

Penelitian terbaru, Leonardo da Vinci kemungkinan memiliki strabismus atau biasa disebut juling.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi Leonardo da Vinci. (mos.org)
Ilustrasi Leonardo da Vinci. (mos.org)

Himedik.com - Jika berbicara seni lukis, pasti tak asing dengan pelukis legendaris seperti Leonardo da Vinci. Ya, pelukis berkebangsaan Italia itu berhasil menciptakan karya yang sangat fenomenal hingga sekarang, bahkan karyanya dinobatkan sebagai lukisan termahal sepanjang masa.

Di balik kepiawaiannya dalam melukis terdapat sebuah misteri yang berhasil dikuak oleh peneliti. Dalam peneltian terbaru yang dilakukan Profesor Christopher Tyler, dari Universitas London ditemukan bahwa Leonardo da Vinci kemungkinan memiliki strabismus atau biasa disebut juling

Dugaan tersebut dibuat Tyler dengan mengukur mata dalam karya yang dianggap sebagai potret diri Leonardo da Vinci. Antara lain adalah patung David dan Young Warrior karya Andrea del Verrocchio (murid dari Leonardo da Vinci) yang dianggap menjadikan Leonardo da Vinci sebagai modelnya.

Tiga karya lainnya adalah Young John the Baptist, Salvator Mundi, dan Vitruvian Man yang semuanya dibuat oleh Leonardo da Vinci.

Dengan menganalisis posisi pupil pada karya-karya tersebut, Tyler menemukan mata sang seniman cenderung memiliki eksotropia, sejenis strabismus dengan satu atau kedua mata bisa bergerak ke arah luar.

''Kemampuan ini mungkin berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa Leonardo da Vinci untuk menangkap ruang di atas kanvas datar," ungkap Tyler.

Namun, hanya sedikit potret Leonardo da Vinci yang berhasil dikonfirmasi, sehingga sulit menilai apakah ia benar-benar memiliki kondisi tersebut.

Dalam kacamata medis, strabismus atau juling adalah suatu kondisi yang menyebabkan kedua mata tidak melihat pada tempat yang sama pada saat yang bersamaan. Biasanya terjadi pada orang yang memiliki kontrol otot mata yang buruk atau sangat rabun jauh.

Dengan kondisi ini, mata seseorang tampak menunjuk ke arah yang berbeda, dengan hanya satu mata yang digunakan untuk memproses adegan visual pada satu waktu.

Terlepas apakah penelitian itu benar atau tidak, penelitian ini hanya menyajikan hipotesis dan belum bisa dikonfirmasi secara benar.

Berita Terkini