Info

Tak Hanya Serang Mental, Berduka Juga Berefek pada Kesehatan Fisik

Masalah psikologis bisa berpengaruh pada kesehatan fisik, termasuk berduka.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi sedih atau berduka. (Pixabay/RyanMcGuire)
Ilustrasi sedih atau berduka. (Pixabay/RyanMcGuire)

Himedik.com - Persoalan psikologis termasuk berduka bisa berpengaruh pada kesehatan secara fisik. Rasa duka memang utamanya akan menyerang psikis, namun kondisi ini bisa berpengaruh pada kesehatan fisik.

"Ini psikologis, tetapi memengaruhi orang secara fisik," Dr. Katherine Shear, profesor psikiatri di Sekolah Pekerjaan Sosial Universitas Columbia di New York.

Sebuah studi tahun 2014 di JAMA Internal Medicine menunjukkan bahwa dalam 30 hari setelah kematian pasangannya, orang yang berusia 60 tahun ke atas memiliki risiko dua kali lipat mengalami stroke atau serangan jantung dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kehilangan tersebut.

Sementara studi 2012 di jurnal American Heart Association Circulation menunjukkan bahaya serangan jantung paling tinggi terjadi dalam 24 jam pertama setelah kematian orang yang dicintai.

Penelitian lain mengaitkan kesedihan dengan gangguan tidur, perubahan sistem kekebalan, dan risiko pembekuan darah.

Dr. Lisa M. Shulman, profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland di Baltimore mengatakan sebagian besar efek fisik dari kesedihan berasal dari cara otak kita merespons.

Ilustrasi sedih (unsplash/@christnerfurt)
Ilustrasi sedih (unsplash/@christnerfurt)

"Stres dari kematian orang yang dicintai mengguncang identitas pribadi kita, pandangan kita tentang bagaimana kita cocok dengan dunia,"kata Shulman.

Kedengarannya seperti masalah filosofis, tetapi otak dibangun untuk melihat ancaman eksistensial sebagai ancaman bagi keberadaan kita. Hal ini memicu apa yang kebanyakan orang kenal sebagai respons "lawan atau lari" di mana hormon stres mengalir ke seluruh tubuh.

"Jantung Anda bisa mulai berdegup kencang, tekanan darah Anda meningkat, laju pernapasan Anda meningkat, Anda menjadi berkeringat," kata Shulman.

"Seseorang yang mengalami kehilangan traumatis, mungkin merasakan respons seperti itu ketika mereka memasuki restoran yang mengingatkan mereka pada orang yang mereka cintai atau bahkan ketika seseorang membicarakannya dalam percakapan," imbuhnya.

Berita Terkait

Berita Terkini