Info

3 Genetik Ini Bisa Memengaruhi Efek Psikedelik Pada Tubuh, Apa Saja?

Profil genetik merupakan salah satu dari banyak faktor yang perlu dipertimbangkan saat akan memulai menggunakan psikedelik.

Rosiana Chozanah

Ilustrasi obat psikedelik (Pexels)
Ilustrasi obat psikedelik (Pexels)

Himedik.com - Riset telah menjelaskan bahwa beberapa obat psikedelik berpotensi memiliki sifat terapeutik. Hal ini membuat peluang menggunakannya secara legal pun muncul.

Bangkitnya psikedelik ini telah memicu diskusi tentang penggunaan obat-obatan seperti magic mushroom, MDMA, dan LSD, secara aman.

Perusahaan teknologi perawatan kesehatan HaluGen Life Sciences telah menawarkan pengujian genetik untuk memberikan wawasan tentang kepekaan psikedelik.

Menurut Insider, profil genetik merupakan salah satu dari banyak faktor yang perlu dipertimbangkan saat akan memulai menggunakan psikedelik.

Berikut genetik yang dapat memengaruhi reaksi tubuh terhadap psikedelik:

Magic Mushroom kini tak dipidana di Denver, Amerika Serikat. (Dok. DEA Amerika Serikat/Reuters)
Magic Mushroom kini tak dipidana di Denver, Amerika Serikat. (Dok. DEA Amerika Serikat/Reuters)
  • Gen Serotonin HTR2A

Banyak obat psikedelik meniru efek serotonin, suatu neurotransmitter yang meningkatkan suasana hati.

Psikedelik klasik seperti psilocybin, LSD, dan DMT mengaktifkan reseptor serotonin di otak yang dapat memicu pengalaman psikedelik. Para ilmuwan berteori reseptor 5-HTR2A terlibat langsung dalam efek halusinogen akibat obat tersebut.

Sekitar 20% orang memiliki varian gen serotonin HTR2A yang memberi mereka reseptor ekstra. Jadi, lebih banyak reseptor untuk serotonin, berarti mungkin mereka lebih sensitif terhadapnya dan lebih rentan terhadap halusinogen dari obat-obatan psikedelik.

  • Gen CYP2B6

Ketamine merupakan anestesi kerja cepat yang baru-baru ini dikgunakan kembali karena potensi efek terapeutiknya. Obat ini menciptakan rasa disosiasi yang dapat bermanfaat bagi penderita depresi.

Gen CYP2B6 memengaruhi bagaimana tubuh memetabolisme ketamine di hati. Ada sekitar 10% hingga 20% orang memiliki varian gen ini yang membuat mereka mengeluarkan obat dari tubuh secara lebih cepat.

  • Gen NRG1

Ekspresi berlebih dari gen neuregulin 1 (NRG1) telah dikaitkan dengan psikosis pada populasi berisiko. Protein NRG1 membantu mendorong pertumbuhan neuron baru.

Itu sangat penting untuk proses 'gunakan atau hilangkan', yang berada dalam pembelajaran jangka pendek dan memori jangka panjang.

Genotipe T/T, yang dimiliki sekitar 15% populasi, mengganggu proses tersebut dengan mengekspresikan terlalu banyak protein NRG1.

Itu dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan psikosis, membuat psikedelik menjadi pilihan yang berisiko.

Berita Terkait

Berita Terkini