Pria

Induksi Persalinan Sangat Berisiko, Ketahui Cara Lain Stimulasi Kontraksi

Ginekolog menyarankan ini hanya menjadi pilihan terakhir sang ibu karena alasan medis.

Vika Widiastuti | Rosiana Chozanah

<p>Ilustrasi seorang ibu baru saja melahirkan. <a href=(Pixabay/Sanjasy)

">

Ilustrasi seorang ibu baru saja melahirkan. (Pixabay/Sanjasy)

Himedik.com - Tidak sedikit kasus seorang ginekolog yang memutuskan sendiri untuk melakukan induksi persalinan pada ibu hamil tanpa persetujuan mereka.

Induksi persalinan merupakan proses stimulasi untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi. Ini bertujuan untuk mempercepat proses persalinan.

Salah satu kasusnya dilakukan oleh seorang dokter bernama Shuen pada 2018. Ia membayar denda puluhan ribu dollar untuk tindakan ini dan izin praktik kedokteran di Ontario dicabut.

Shuen akhirnya pensiun pada waktu itu.

Tindakan ini tidak hanya menyangkal wanita dapat mengendalikan tubuh dan bayi mereka sendiri, tetapi juga menempatkan anak mereka dalam risiko komplikasi kesehatan yang serius dan berpotensi fatal.

"Saya dapat mengatakan bahwa setiap upaya rahasia untuk membujuk wanita (melakukan induksi persalinan) adalah tercela dan malapraktik," kata dokter kandungan, Dr. Jen Gunter.

Ilustrasi memegang tangan. (Shutterstock)
Ilustrasi setelah melahirkan (Shutterstock)

Bahkan ketika seorang wanita menyetujui persalinan yang diinduksi, praktik itu dapat datang dengan risiko kesehatan yang serius seperti pendarahan yang berlebihan, pecahnya rahim, dan kekurangan oksigen.

Sebenarnya, jika seorang wanita mencapai tanggal HPL-nya, ada cara untuk mendorong persalinan tanpa menggunakan obat.

Seorang ibu hamil dapat, misalnya, merangsang putingnya sendiri dengan pompa payudara atau tangannya, atau dokter dapat menyapu membran serviksnya selama pemeriksaan vagina, menurut Journal of Midwifery and Women's Health.

Pilihan ini memang tidak menjamin induksi persalinan, tetapi mereka mungkin lebih aman daripada menggunakan obat induksi persalinan.

Melansir INSIDER, induksi persalinan sebenarnya cukup umum. Sebanyak 30% wanita berhasil diinduksi dengan persetujuan.

Intervensi dapat secara medis sesuai jika seorang wanita dua minggu melewati tanggal kelahirannya, airnya pecah tetapi persalinannya tidak dimulai, ia memiliki infeksi rahim, atau bayinya berhenti tumbuh, menurut Mayo Clinic.

Tetapi, dalam beberapa kasus wanita justru meminta induksi persalinan meski secara medis tidak perlukan. Misalnya seperti seorang wanita yang tinggal jauh dari rumah sakit, mereka akan melakukan induksi persalinan untuk merencanakan persalinan sehingga seorang dokter mau datang ke rumah mereka.

"Itu tidak boleh dilakukan untuk kenyamanan. Itu harus dilakukan karena alasan medis yang berkaitan dengan kesehatan ibu atau kesehatan janin dan harus dibahas," kata bidan perawat bersertifika, Risa Klein.

Jadi, dokter bersalin pun tidak merekomendasikan induksi persalinan meski sudah disetujui. Kecuali jika adanya alasan medis.

Berita Terkait

Berita Terkini