Wanita

Niat Ingin Mengajar, Seorang Wanita Justru Alami Sindrom Guillain-Barre

Ketahui apa itu sindrom Guillain-Barre.

Vika Widiastuti | Yuliana Sere

Ilustrasi bangunan rumah sakit. (pixabay)
Ilustrasi bangunan rumah sakit. (pixabay)

Himedik.com - Punya cita-cita sebagai seorang pengajar di Thailand, seorang wanita (22) justru menderita sebuah penyakit langka yang membuatnya harus menunda mimpinya. Diketahui wanita ini baru menyelesaikan studinya dari University of Mississippi.

Caroline Bradner dari Henrico County, Virginia meninggalkan rumahnya pada Oktober lalu untuk mengajar di Asia Tenggara.

Bradner mendaftar untuk mengajar melalui program Xplore Asia. Ia pun ditempatkan di sebuah kota kecil delapan jam dari Bangkok.

Dilansir dari nextshark, semuanya tampak baik di awal, tetapi pada Desember, ia tidak dapat bangun dan bergerak. Ia menderita kelelahan dan kelemahan sebelum akhirnya lumpuh total.

Ia pun diagnosis dokter menderita sindrom Guillain-Barré. Ini merupakan gangguan autoimun langka yang menyerang satu dari 100 ribu orang Amerika, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke .

Pasien dengan sindrom Guillain-Barré memiliki sistem kekebalan yang menyerang sel-sel saraf yang sehat dalam sistem saraf tepi mereka.

Ilustrasi fasilitas rumah sakit. (pixabay)
Ilustrasi fasilitas rumah sakit. (pixabay)

Penyebab gangguan ini tidak diketahui, tetapi mungkin dipicu oleh diare, penyakit pernapasan atau infeksi bakteri Campylobacter jejuni.

Ini biasanya timbul dari makan daging unggas mentah atau kurang matang, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Sindrom Guillain-Barré tidak memiliki obat, tetapi beberapa pilihan pengobatan dapat meredakan gejalanya.

Penyakit ini bisa berpotensi komplikasi termasuk rasa sakit, mati rasa dan/atau lemah, masalah kardiovaskular, fungsi kandung kemih dan usus yang lambat, dan kesulitan bernafas yang mungkin memerlukan penggunaan respirator.

Setelah mengetahui kondisi putrinya, ibu Bradner langsung menuju ke Thailand.

Untungnya, dalam beberapa hari terakhir ia sudah mulai bisa menggerakkan bahunya dan merasakan sensasi kesemutan di jari-jarinya.

Ia dan ibunya akhirnya memutuskan untuk kembali ke AS. Sementara itu, adiknya membuat halaman GoFundMe untuk mengumpulkan biaya bagi sang kakak.

Uang tersebut akhirnya dipakai untuk membayar semua pengobatan medis dan rehabilitasinya.

Berita Terkait

Berita Terkini