Info

Studi Terbaru, Manusia Terlahir sebagai Makhluk Pemalas

Para peneliti menemukanketika seseorang ingin dan berencana untuk berolahraga, sinyal-sinyal tertentu di otak justru mendorongnya untuk bermalas-malasan.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi bermalas-malasan. (pexels)
Ilustrasi bermalas-malasan. (pexels)

Himedik.com - Rasa malas memang telah tertanam sejak manusia dilahirkan. Kesimpulan ini didapat dari sebuah studi neurologi terbaru yang dipublikasikan New York Times dewasa ini.

Studi yang dilakukan peneliti dari Kanada dan Swiss itu menemukan ketika seseorang ingin dan berencana untuk berolahraga, sinyal-sinyal tertentu di otak justru mendorongnya untuk bermalas-malasan.

Penelitian ini berangkat dari rasa penasaran para psikolog dan fisiolog melihat sering kali seseorang ingin sekali aktif bergerak atau berolahraga, tetapi kemudian malah tak melakukan apa-apa.

Dalam studi itu, para ilmuwan mulai dengan mengulas lagi beberapa riset lama soal perilaku manusia terkait olahraga. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar manusia benar-benar ingin aktif bergerak.

Selanjutnya, mereka menggelar eksperimen yang melibatkan 29 lelaki dan perempuan. Para relawan ini mengaku ingin aktif berolahraga, meski hanya sedikit dari mereka yang benar-benar berolahraga secara teratur.

Para relawan ini diminta mengenakan semacam helm yang dilengkapi dengan sejumlah elektroda yang berfungsi membaca aktivitas otak. Lalu, mereka diminta menyelesaikan sebuah tes komputer yang dirancang untuk mengungkap reaksi mereka terkait olahraga.

Dalam tes itu, setiap relawan diberi satu avatar yang bisa dikendalikan menggunakan tombol komputer. Avatar itu bisa berinteraksi dengan dua figur animasi lain, yang salah satunya dirancang untuk bergerak aktif dan satu lagi bermalas-malasan.

Lalu para relawan diminta untuk menggerakan avatar mereka mengikuti atau menghindari salah satu dari figur di dalam komputer tadi.

Hasilnya, hampir semua relawan lebih cepat menggerakan avatar mereka mengikuti figur yang aktif bergerak dan menjauhi figur yang bermalas-malasan.

Mereka juga lebih cepat menggerakan avatar saat menghindari figur yang bermalas-malasan dan lebih pelan saat diminta menghindari figur yang aktif bergerak. Ini ditafsirkan bahwa hampir semua relawan memang benar ingin bergerak aktif atau berolahraga.

Tetapi sayangnya, hasil pemantauan otak menunjukkan sebaliknya. Saat para relawan bergerak cepat menghindari figur pemalas, otak mereka justru harus mengerahkan sumber daya lebih besar. Sementara ketika menghindari figur yang aktif, aktivitas otak tampak lebih ringan.

"Bagi saya, temuan ini mengindikasikan bahwa otak kita secara alamiah lebih tertarik untuk bermalas-malasan," kata Matthieu Boisgontier dari Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada yang memimpin riset tersebut.

Dari sudut pandang evolusiner, lanjut Boisgontier, hasil studi itu masuk akal. Kita, homo sapiens, di awal kemunculannya di Bumi menganggap penting untuk menyimpan energi.

Energi ini diperlukan manusia untuk mencari makanan di saat krisis. Penting diingat, di masa-masa awal homo sapiens harus bersaing dengan predator-predator besar nan ganas untuk memperoleh makanan.

Jadi, berdiam diri merupakan salah satu strategi jitu untuk bertahan hidup di zaman purba dan sialnya kecenderungan itu masih tertanam di dalam otak ketika Bumi kini dikuasai oleh kita, homo sapiens.

"Kita biasa melihat ada orang yang pergi ke gym menggunakan eskalator alih-alih melewati tangga," tutup Boisgontier.

Artikel terkait dimuat Suara.com dengan judul: Studi: Manusia Dilahirkan sebagai Pemalas

Berita Terkait

Berita Terkini