Himedik.com - Sebuah studi baru mengklaim bahwa ada hubungan seks rutin terkait dengan penundaan. Penelitian tersebut telah diterbitkan di Royal Society Open Science.
Melansir dari Healthshots, penelitian ini juga mengklaim bahwa perempuan yang berhubungan seks setiap minggu 28 persen lebih kecil kemungkinannya mengalami menopause pada usia tertentu dibandingkan dengan mereka yang melakukan hubungan seks kurang dari sebulan sekali.
Baca Juga
Virus Epstein-Barr Tingkatkan Risiko Long Covid-19, Apa Itu?
Merasa Kelelahan? Pastikan Apakah Anda Sedang Burnout atau Tidak di Sini!
Ramai Artis Indonesia Piknik di Amerika Serikat Tak Pakai Masker, Kok Bisa?
Jadi Genre yang Banyak Disukai, Apa yang Terjadi saat Nonton Film Horor?
Kanker Payudara dapat Menyebar ke Tulang, Bagaimana Bisa?
Studi: Autoantibodi Bisa Sebabkan Infeksi Virus Corona Covid-19 Parah
Lebih lanjut, temuan menunjukkan bahwa perempuan yang berhubungan seks setiap bulan 19 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami menopause dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan hubungan seks. Yang penting untuk dicatat di sini adalah bahwa seks memang membantu, tetapi perempuan tidak boleh dipaksa seks hanya untuk menunda menopause.
Aktivitas seks sendiri bisa didefinisikan sebagai hubungan seksual, seks oral, sentuhan atau bahkan kesenangan diri sendiri. Meskipun begitu, penelitian lebih lanjut mengenai jenis aktivitas seks yang berpengaruh masih perlu dilakukan.
Seperti yang kita ketahui, menopause adalah tahap yang dihadapi setiap perempuan dalam hidupnya, tetapi waktunya juga tergantung pada genetik. Tapi menopause juga merupakan konsekuensi dari kebiasaan gaya hidup seperti merokok dan jumlah telur yang dibawa seorang wanita sejak lahir.
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang sudah menikah mencapai tahap menopause lebih lambat daripada yang belum menikah atau bercerai. Hal ini mengungkapkan bahwa kebiasaan seksual memiliki peran besar.
Ketika seorang perempuan aktif secara seksual, tubuh menghitung peluang untuk hamil. Dalam kasus lain, ia menemukan ovulasi hampir tidak ada gunanya. Bahkan jika seorang perempuan berhubungan seks, tetapi tidak terlalu sering, tubuh tidak akan menerima sinyal yang jelas.
"Secara mekanis, kemungkinan ada hubungannya dengan estrogen, tetapi kami tidak tahu jalur pastinya," kata penulis studi Megan Arnot.