Wanita

Diet ala Puasa Terbukti Ampuh! Ini Buktinya

Diet eat stop eat mengharuskan puasa 24 jam sebanyak dua kali seminggu, lalu makan lagi selama lima hari tanpa diet.

Rauhanda Riyantama

Diet ala puasa. (shutterstock)
Diet ala puasa. (shutterstock)

Himedik.com - Salah satu upaya untuk menurunkan berat badan adalah mengurangi konsumsi kalori. Akan tetapi, banyak orang yang malas melakukan hal itu karena tak mau kelaparan. 

Mungkin, itulah penyebab munculnya berbagai program diet baru yang diklaim bisa membuat tetap menikmati berbagai macam makanan, namun berat badan terjaga.

Salah satu diet terbaru itu adalah diet eat stop eat atau makan, berhenti, makan. Diet ini dipopulerkan oleh Brad Pilon, yang awalnya merupakan salah satu penelitiannya mengenai puasa jangka pendek. 

Menurut Pilon, diet eat stop eat pada dasarnya mengharuskan puasa 24 jam sebanyak dua kali seminggu. Lalu makan lagi selama lima hari tanpa diet. 

"Kita tetap bisa makan tiga kali sehari, bahkan 20 kali. Selama kita makan secara bertanggung jawab dan menjaga asupan keseluruhan terjaga," kata Pilon, seperti dalam situsnya Bradpilon.com

Pilon menambahkan, tetap harus makan sesuatu setiap hari. Misalnya saja berpuasa dari jam 8 pagi ke jam 8 pagi esok hari. Maka harus sarapan sebelum jam 8 pagi lalu buka puasa setelah jam 8 pagi keesokan hari.

Eat stop eat merupakan variasi dari diet puasa, diet ini bekerja dengan cara memacu metabolisme sebentar.

Menurut ahli gizi Eliza Whetzel-Savage, ketika mulai membatasi makan pada jendela waktu tertentu, sebenarnya sudah menciptakan periode puasa.

"Pada saat itu tubuh akan memakai cadangan glikogen dari karbohidrat dan juga lemak sebagai sumber energi. Ketika itu terjadi, tubuh akan mengubah mode menjadi status ketogenik dan membakar lemak sebagai bahan bakar," ungkap Eliza.

Pada dasarnya, saat berada pada fase puasa tubuh akan mulai membakar lemak dan bukan karbohidrat.

Lalu muncul pertanyaan, apakah diet semacam ini bisa menurunkan berat badan? Jawabannya, mungkin saja. Karena asupan makanan berkurang dari biasanya.

Walau begitu, menurut ahli gizi Julie Upton, diet eat stop eat, tidak lebih baik atau lebih buruk dibanding diet puasa lainnya. Misalnya diet 5:2 (diet yang mengharuskan makan 25 persen kalori lebih sedikit dari biasanya selama dua hari, lalu lima hari makan sepuasnya).

"Diet eat stop eat adalah variasi dari diet intermittent. Tidak ada data apakah pola diet ini lebih buruk atau lebih baik," pungkasnya. Diet ini juga pada umumnya lebih sulit untuk dijaga konsistensinya.

Berita Terkait

Berita Terkini