Info

5 Mitos Infertilitas yang Disanggah oleh Para Ahli

Pasangan yang sudah memiliki anak tidak perlu mengkhawatirkan masalah infertilitas. Padahal, faktanya tidak demikian.

Rima Sekarani Imamun Nissa | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Ilustrasi infertilitas. (FhcHolistic)
Ilustrasi infertilitas. (FhcHolistic)

Himedik.com - Infertilitas atau ketidaksuburan merupakan masalah yang wajar ditemui pada pasangan suami istri. Namun, hal ini tentunya mengganggu kebahagiaan rumah tangga pasangan yang sudah mendambakan kehadiran si buah hati.

Hal tersebut lantas membuat pasangan mencari saran ke berbagai pihak supaya segera mendapat keturunan. Salah satu saran yang sering terdengar adalah pasangan harus berusaha berhubungan lebih keras.

Maksudnya, intensitas berhubungan intim diperbanyak dan diperlama. Kurang lebih seperti itu. Hal tersebut sudah menjamur dan dipercaya bisa tingkatkan kesuburan. Padahal para ahli menyanggah informasi itu.

Nah, supaya tidak salah paham lebih jauh, berikut lima mitos infertilitas yang perlu kamu ketahui.

1. Kamu harus berusaha lebih keras

Usaha tidak selalu langsung menghasilkan kesuksesan. Pasangan seharusnya tidak boleh merasa bahwa mereka belum melakukan yang terbaik.

Menurut penuturan Dr Suheil Muasher, spesialis infertilitas di Duke Fertility Centre, Durham, NC, sekitar 50% dari pasangan yang menjalani perawatan infertilitas, berhasil mengalami kehamilan. Sedangkan sisanya mengalami tingkat keberhasilan yang lebih rendah.

Mitos ini bisa sangat mengecewakan bagi pasangan yang merasa menyerah jika mereka tidak mampu berusaha secara fisik, finansial, atau psikologis dalam menjalani perawatan infertilitas.

Ilustrasi pria tidak bergairah. (vix)
Ilustrasi pasangan menyerah untuk berusaha. (vix)

2. Usia hanya memengaruhi kesuburan wanita

Menurut Dr. Mark Surrey, seorang ahli bedah reproduksi dan direktur medis Pusat Reproduksi California Selatan, wanita mengalami penurunan kesuburan yang signifikan mencapai 50% pada rentang usia 32-37 tahun.

Namun, ia juga mengatakan bahwa tingkat infertilitas pria pun menurun seiring bertambahnya usia. Menginjak di atas 40 tahun, seorang pria akan mulai mengalami penurunan jumlah produksi air mani dan motilitas sperma.

3. Jika sudah memiliki anak, tandanya kamu subur

Data menunjukkan sekitar 30% infertilitas terjadi setelah anak pertama. Ini berarti bahkan jika pasangan sudah memiliki anak, mereka juga dapat berisiko mengalami kesulitan hamil di kemudian hari.

4. Kesuburan adalah masalah wanita

Ketika ada pasangan sulit hamil, banyak pihak yang menyudutkan bahwa itu adalah masalah wanita. Padahal ketidaksuburan bisa terjadi baik pada wanita maupun pria.

Ilustrasi infertilitas. (Ditjen Yankes)
Ilustrasi infertilitas. (Ditjen Yankes)

5. Harus rileks

Rileks, santai, dan terus berpikir positif, memang bisa membantu masalah ketidaksuburan yang disebabkan oleh adanya gangguan stres. Namun yang perlu diingat adalah ketidaksuburan bukan hanya masalah psikologis.

Kesehatan reproduksi dan fisik juga harus diperhatikan. Hal itu karena keduanya tidak bisa hanya diperbaiki dengan pikiran positif maupun liburan semata.

Masalah infertilitas nampaknya memang menjadi topik sensitif jika dibicarakan bersama pasangan yang sedang mengalaminya. Tetapi, bagaimanapun keadaannya, masalah ini tetap harus dihadapi.

Satu lagi yang perlu diingat. Selain usaha, kehamilan juga merupakan hasil campur tangan Tuhan.

Berita Terkait

Berita Terkini