Himedik.com - Perceraian bukan hanya menyakitkan secara mental, namun juga fisik. Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang telah diterbitkan pada Frontiers in Psychology.
Melansir dari Insider, penelitian ini telah menyurvei 1.900 perceraian di Denmark. Para partisipan mengisi kuesioner tentang sifat perceraian, latar belakang, dan kesehatan mereka.
Baca Juga
Vitamin dan Mineral Bisa Bantu Cegah Virus Corona, Ini Daftarnya
Jangan Sampai Salah, Ini Bedanya Gejala Virus Corona Covid-19 dan Flu Perut
Berapa Lama Vaksin Pfizer Bisa Berikan Kekebalan yang Efektif?
Vaksin Pfizer Harus Disimpan Pada Suhu -70 Derajat Celcius, Ini Alasannya!
Pengacara hingga Sopir, Simak 5 Pekerjaan Paling Berisiko untuk Kesehatan
Redakan Flu secara Cepat di Rumah, Dokter Sarankan 3 Langkah Ini!
Secara keseluruhan, hasil penelitian menemukan bahwa kualitas hidup orang-orang setelah perceraian lebih buruk daripada rata-rata penduduk Denmark.
"Kesehatan mental dan fisik orang yang mengalami perceraian secara signifikan lebih buruk daripada populasi umum," kata Dr. Søren Sander, seorang profesor di Universitas Kopenhagen.
Peneliti mencatat bahwa dampak fisik yang sering kali dikeluhkan oleh orang-orang pascaperceraian adalah masalah fungsi fisik, melaporkan lebih banyak rasa sakit pada tubuh, dan memiliki kesehatan fisik yang lebih buruk secara keseluruhan.
Kuesioner mengukur kesehatan fisik secara keseluruhan, kesehatan mental, fungsi sosial, dan vitalitas (atau tingkat energi umum).
Stres yang disebabkan oleh perceraian dikaitkan dengan kesehatan yang lebih buruk secara keseluruhan. Kondisi ini memicu sistem kekebalan yang lebih lemah, kesehatan jantung yang lebih buruk, kualitas tidur yang buruk, serta kecemasan, dan depresi yang meningkat.
Sifat perceraian juga tampaknya menentukan dampaknya terhadap kesehatan seseorang. Konflik yang lebih sedikit selama perceraian menyebabkan kesehatan fisik dan mental yang lebih baik dibandingkan pada pasangan dengan tingkat konflik yang rumit.
"Di semua jenis kelamin, tingkat konflik perceraian bisa memprediksi kesehatan mental, bahkan ketika telah memperhitungkan variabel sosio-demografis dan karakteristik perceraian," kata Sander.